nursing is my soul
Rabu, 23 Mei 2012
20 m3i2012
thanks for all your time to accompany me, be a special part of your life, be a part of your big family. No one is special except you and you. My happiness is your and so do I.
Jumat, 11 Mei 2012
ASKEP KLIEN DGN GANGGUAN AKTIVITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
A.
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
Aktivitas adalah suatu energi atau
keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan
aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang
berperan dalam kebutuhan aktivitas antara lain: tulang, otot dan tendon,
ligamen, sistem saraf dan sendi.
Latihan atau
olahraga lansia harus dianjurkan untuk mempertahankan dan memperkuat kemampuan
fungsi dan meningkatkan perasaan meningkatnya kesehatan. Latihan atau olahraga
yang teratur untuk meningkatkan kemampuan fungsi dapat dimasukkan ke dalam
aktivitas sehari-hari lansia. Misalnya, pergelangan tangan dan pergelangan kaki
dapat digerak-gerakkan.
Mobilitas
atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
Jenis mobilitas antara lain:
1)
Mobilitas penuh, merupakan
kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat
melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh
ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2)
Mobilitas sebagian, merupakan
kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mam.pu
bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau
patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami
mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan
sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a)
Mobilitas sebagian temporer,
merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada system
musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b)
Mobilitas permanen, merupakan
kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal
tersebut disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,
poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
Faktor yang mempengaruhi mobilitas seseorang antara
lain:
a)
Gaya hidup. Perubahan gaya
hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena berdampak pada
perilaku kebiasaan sehari-hari.
b)
Proses penyakit/cedera. Proses
penyakit dapat mempengaruhi kemmapuan mobilitas karena dapat mempengaruhi
fungsi system tubuh.
c)
Kebudayaan. Kemampuan melakukan
mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan, contohnya orang yang memiliki
budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat, sebaliknya
ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena budaya dan adat
dilarang beraktivitas.
d)
Tingkat energi. Energi
dibutuhkan untuk melakukan mobilitas.
e)
Usia dan status perkembangan.
Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.
Imobilitas
atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak bebas
karena kondisi yang menggangu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma
tulang belakang, cedera otak beratdisertai fraktur pada ekstremitas, dan
sebagainya.
Jenis imobilitas antara lain:
1)
Imobilitas fisik, merupakan
pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya
gangguan komplikasi pergerakan.
2)
Imobilitas intelektual,
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya piker, seperti
pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
3)
Imobilitas emosional, merupakan
keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya
perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
4)
Imobilisasi sosial, keadaan
individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena
keadaan penyakitnya sehingga mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
Dampak dari imobilitas dalam
tubuh dapat mempengaruhi system tubuh, seperti perubahan pada metabolisme,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan pengubahan zat gizi, gangguan
fungsi gastrointestinal, perubahan system pernafasan, perubahan kardiovaskular,
perubahan system musculoskeletal, perubahan system integumen, perubahan
eliminasi, dan perubahan perilaku.
B.
NILAI-NILAI NORMAL
1)
Kategori tingkat kemampuan
aktivitas
Tingkat
Aktivitas/Mobilitas
|
Kategori
|
0
|
Mampu
merawat sendiri secara penuh
|
1
|
Memerlukan
penggunaan alat
|
2
|
Memerlukan
bantuan atau pengawasan orang lain
|
3
|
Memerlukan
bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan
|
4
|
Sangat
tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
|
2)
Rentang gerak (range of motion-ROM)
Gerak Sendi
|
Derajat Rentang Normal
|
|
Bahu
|
Adduksi:
gerakan lengan ke lateral dari posisi sampiong ke atas kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling jauh.
|
180
|
Siku
|
Fleksi:
angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu.
|
150
|
Pergelangan
tangan
|
Fleksi:
tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah.
|
80-90
|
Ekstensi:
luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi
|
80-90
|
|
Hiperekstensi:
tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin
|
70-90
|
|
Abduksi:
tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke
atas.
|
0-20
|
|
Adduksi:
tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking telapak tangan menghadap ke atas.
|
30-50
|
|
Tangan
dan jari
|
Fleksi:
buat kepalan tangan
|
90
|
Ekstensi:
luruskan jari
|
90
|
|
Hiperekstensi:
tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
|
30
|
|
Abduksi:
kembangkan jari tangan
|
20
|
|
Adduksi:
rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi
|
20
|
3)
Derajat kekuatan otot
Skala
|
Persentase Kekuatan
Normal (%)
|
Karakteristik
|
0
|
0
|
Paralisis
sempurna
|
1
|
10
|
Tidak
ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
|
2
|
25
|
Gerakan
otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
|
3
|
50
|
Gerakan
yang normal melawan gravitasi
|
4
|
75
|
Gerakan
penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
|
5
|
100
|
Kekuatan
normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh
|
C.
HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA
KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN KEBUTUHAN
AKTIVITAS DAN LATIHAN
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan imobilitas
adalah sebagai berikut:
1.
Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian
ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi gangguan kebutuhan
aktivitas dan latihan.
2.
Riwayat keperawatan penyakit
yang pernah diderita
Pengkajian
ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas.
3.
Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian
fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki baik kanan dan kiri untuk
menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastic.
4.
Kemampuan mobilitas
Pengkajian
ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan
berpindah tanpa bantuan.
5.
Kemampuan rentang gerak
Pengkajian
ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
6.
Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian
intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system pernafasan,
antara lain: suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding thorak, adanya
mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Sedangkan
yang berhubungan dengan perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi dan
tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta perubahan
tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
7.
Kekuatan otot dan gangguan
koordinasi
Kekuatan
otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak.
8.
Perubahan fisiologis
Pengkajian
perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan
imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam
mekanisme koping, dan lain-lain.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG
MUNGKIN MUNCUL MENURUT NANDA
1.
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kehilangan integritas struktur tulang akibat fraktur, dan
nyeri.
2.
Nyeri akut berhubungan dengan
cedera fisik (neglected fraktur tibia fibula dekstra)
3.
Kurangnya perawatan diri (self care deficit) : toileting, bathing, dressing/grooming, feeding berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, dan kelemahan.
III.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1
|
Gangguan mobilitas fisik
Definisi
:
Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada
bagian tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
Batasan
karakteristik:
-
Postur tubuh yang tidak stabil selama melakukan kegiatan rutin harian
-
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik kasar
-
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus
-
Keterbatasan ROM
-
Usaha yang kuat untuk perubahan gerak
Faktor
yang berhubungan :
-
Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik
-
Tidak nyaman, nyeri
-
Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler
-
Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina
|
NOC :
v Mobility Level
v Self care : ADLs
v Transfer performance
Kriteria Hasil :
v Klien meningkat dalam aktivitas fisik
v Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
v Memverbalisasikan perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
v Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
|
NIC :
Exercise therapy :
ambulation
§ Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
§ Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
lain tentang teknik ambulasi
§ Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
§ Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
§ Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
§ Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
§ Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
|
2
|
Nyeri akut
Definisi
:
Sensori
yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual
atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan
karakteristik :
-
Laporan secara verbal atau non verbal
-
Fakta dari observasi
-
Gerakan melindungi
-
Tingkah laku berhati-hati
-
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
-
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
-
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor
yang berhubungan :
Agen
injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
|
NOC :
v Pain Level,
v Pain control,
v Comfort level
Kriteria
Hasil :
v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
v Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
v Tanda vital dalam rentang normal
|
NIC :
Pain Management
§ Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§ Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§ Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
§ Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
§ Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
§ Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
§ Kurangi faktor presipitasi nyeri
§ Ajarkan tentang teknik non farmakologi
§ Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§ Tingkatkan istirahat
§ Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
§
Monitor
penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
|
3.
|
Kurangnya perawatan diri (self care deficit)
|
NOC:
Perawatan
diri ADL
Kriteria hasil:
v Klien secara mandiri mampu
makan, berganti pakaian, toileting, mandi, merawat diri, menjaga kebersihan
diri dan menjaga kebersihan mulut
|
NIC:
Self-care assistance
§
Monitor kemampuan klien dalam
melakukan ADL secara mandiri.
§
Monitor kebutuhan klien akan alat
bantu dalam melakukan ADL.
§
Sediakan peralatan-peralatan
pribadi yang dibutuhkan klien (seperti deodoran, pasta gigi, dan sabun
mandi).
§
Bantu klien dalam melakukan
ADL sampai klien mampu melakukannya dengan mandiri.
§
Dorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuannya.
§
Dorong klien untuk mandiri,
tetapi bantu klien bila klien tidak bisa melakukannya sendiri.
§
Ajari keluarga untuk
mendorong kemandirian klien, dan hanya membantu jika klien tidak mampu
melakukannya sendiri.
§
Lakukan perawatan diri secara
rutin.
|
IV. DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan, buku 1. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi
8 volume 3. Jakarta: EGC.
Johnson, Marion, Maas, Meridean, and Moorhead, Sue. 2000. Nursing
Outcomes Classification (NOC) second edition. USA: Mosby.
McCloskey, Joanne and Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing
Intervention Classification second edition. USA: Mosby.
North American Nursing Diagnosis Association. NANDA nursing
diagnoses: definitions and classification 2007-2008. Philadelphia: The
association.
Potter & Perry. 2006. Buku
Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik edisi 4 volume 1.
Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik edisi 4 volume 2.
Jakarta: EGC.
Langganan:
Postingan (Atom)